JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk domestik bruto (PDB) ekonomi Indonesia triwulan III tumbuh 6,5 persen secara year on year (yoy) dari 2010.
"Ekonomi Indonesia tumbuh 6,5 persen. Sementara dari triwulan II naik 3,5 persen," kata Deputi Analisis dan Pengembangan Statistik Slamet Sutono, saat konferensi pers pertumbuhan ekonomi, di Gedung BPS, Jakarta, Senin (7/11/2011).
Ditambahkannya, terlihat PDB triwulan III berjumlah sekira Rp1.923,6 triliun, yakni atas dasar harga berlaku (ADHB). Sedangkan untuk atas dasar harga konsumen (ADHK) Rp632,5 triliun.
"Dari awal tahun sampai sekarang triwulan III, PDB mencapai Rp5.483 triliun," paparnya singkat.
Adapun kuartal per kuartal (qtq) tertinggi ditunjang pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (5 persen). Perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 4,4 persen. Serta pengangkutan dan konmunikasi (3,6 persen).
Sedangkan pertumbuhan secara year on year (yoy) ditunjang perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 10,1 persen, pengangkutan, dan komunikasi 9,5 persen, serta jasa-jasa 7,8 persen.
Sampai kuartal II/2011 ini pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5 persen. Tak puas, Pemerintah mentargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2012 dapat berada di kisaran 6,6-7 persen.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa ada empat faktor yang dapat mendukung perumbuhan ekonomi Indonesia semakin meningkat, ditengah adanya resesi yang diakibatkan oleh krisis utang Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Pertama jelas Hatta, ada kecenderungan peningkatan pada konsumsi pemerintah. "Konsumsi akan sekira 4,9 sampai 5,1 persen atau diatas itu," ungkap Hatta di kantornya, Lapangan Banteng, Jakarta, akhir pekan lalu.
Selanjutnya, Hatta menilai mendekatnya rating utang Indonesia pada investment grade menjadi daya dorong investasi terutama pada Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. "(Investasi) Itu tumbuhnya dobel digit 20 persen itu kuat sekali, ini mesin pertumbuhan," tambahnya.
Selain itu, adanya kecenderungan peningkatan pada net ekspor sebesar 17,5 persen dibandingkan net impor yang sebesar 15 persen membuktikan kuatnya ekspor Indonesia. "Jadi tetap neraca perdagangan kita surplus," jelas Hatta.
Terakhir jika dilihat dari sisi demand, maka ada ekspansi dari state budget pada anggaran kita. Hatta mengklaim, dari sisi suplai, hampir semua sektor manufaktur ekspansif.
"Semua ekspansif, manufaktur 6,6 persen, dia menjadi 6,1 persen karena masuk migas disitu, kedua pertanian pertambangan, kemudian transportasi dan telekomunikasi, semuanya positif. Jadi, disitulah yang menunjukkan pertumbuhan kita cukup kuat," tandasnya.
Sumber:
www.okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar