Senin, 07 Oktober 2013

PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI



Krisis ekonomi yang terjadi saat ini di Indonesia, masih lebih baik di bandingkan krisis yang terjadi tahun 1998. Itu merupakan salah satu judul wacana di media online baru – baru ini. Tetapi banyak kalangan terutama investor meyakini bahwa krisis yang terjadi tahun 2008 akan terulang lagi, bahkan bisa sampai ke titik terburuk seperti krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 di Indonesia. Walaupun krisis saat ini tidak sampai separah krisis tahun 2008 dan tahun 1998, tetapi topik ini masih menjadi perbincangan hangat di berbagai media.

Banyak kalangan mulai berjaga – jaga jika krisis ekonomi yang terjadi saat ini akan sampai pada titik terburuknya, salah satunya adalah pelaku pasar modal. Pelaku pasar modal atau biasa yang disebut investor, meyakini jika mereka tetap mempertahankan saham mereka maka mereka akan mengalami kerugian yang cukup tinggi. Investor – investor yang menanamkan modalnya di Indonesia mayoritas adalah investor asing, mereka pun mulai mengambil tindakan tegas untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah mereka mulai menjual sahamnya di pasar bursa agar mereka tidak mengalami kerugian yang berarti.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun melemah, sejak Mei 2013 sampai Agustus 2013 IHSG sudah mengalami penurunan mencapai 20 persen. Analis saham PT Aspirasi Indonesia Research Institute Yanuar Rizky menilai terus melemahnya indeks saham di pasar modal tidak lain karena spekulasi atas rumor di pasar keuangan. Selain itu, ada 'pemain-pemain' di pasar modal yang memang sengaja melemahkan IHSG untuk bisa mengerek dolar.
 
Dia menjelaskan, pelemahan IHSG tidak lagi dikaitkan dengan sentimen ekonomi global maupun dalam negeri. Menurutnya, volatilitas di pasar saham memang biasa terjadi. Justru, kata dia, gejolak IHSG yang terjadi saat ini lebih karena spekulan-spekulan dan pemain-pemain saham yang ingin mengeruk keuntungan dari pelemahan rupiah dan anjloknya indeks saham. "Pemain di pasar modal sudah sangat tahu kondisi ekonomi akan begini. Pemain-pemain kan sengaja membuat kondisi seperti ini untuk cari untung sebesar-besarnya," jelasnya.

Kondisi perekonomian saat ini disinyalir akibat adanya kebijakan dari bank sentral Amerika yang melakukan pengetatan terhadap pengeluaran obligasi besar-besaran atau quantitative easing. Pengetatan tersebut karena ekonomi AS mulai menunjukkan pemulihan dari krisis yang sempat melanda negeri tersebut sejak 2008 lalu. Krisis ekonomi yang terjadi pada AS tersebut berdampak buruk terhadap perekonomian dunia. Pasalnya, AS dinilai menjadi salah satu poros perekonomian dunia. 

Inflasi bulan Juli yang tinggi sekitar 3,2 persen dan inflasi tahunan yang melebihi ekspektasi pemerintah sepanjang tahun sebesar 8,61 persen. Padahal dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2013, inflasi tahunan disetujui di angka 7,2 persen. Lalu defisit transaksi berjalan mencapai 4,4 persen dan defisit neraca perdagangan sebesar US$ 3,3 miliar. Dianggap pula sebagai penyebab lemahnya IHSG di pasar bursa.

Selain IHSG melemah, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun ikut melemah. Berbagai faktor pun baik internal maupun eksternal dianggap sebagai penyebab melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS. Faktor Eksternal diantaranya yaotu pasar khawatir bank sentral Amerika pada 23 September 2013 memutus langkah pertama kebijakan pemangkasan stimulus, yang menyebabkan aliran modal masuk ke Amerika dan stock market di berbagai negara jatuh. Kedua pasar khawatir akan ditutupnya pasar Merrill Lynch oleh Amerika, yang bisa mendorong stock dan capital market. Ketiga lesunya bursa regional dan anjloknya sejumlah mata uang regional terhadap dolar AS. Sementara itu Faktor Internal adalah Sentimen negatif pasar terhadap pengumuman Bank Indonesia bahwa defisit transaksi triwulan II meningkat dari US$ 5,8 miliar atau 2,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi US$ 9,8 miliar atau 4,4 persen.

Anggota DPR Arif Budimanta berpendapat, seharusnya dampak negatif kondisi global terhadap perekonomian bisa dicegah apabila kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan baik. Menurut dia, kondisi ekonomi Indonesia saat ini memang tengah sakit. Dia mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia memang tidak pada fundamentalnya. Dia menjelaskan, utang luar negeri Indonesia yang tinggi dan akan jatuh tempo mencapai 55,7 persen dari cadangan devisa. "Defisit neraca pembayaran semakin melebar, dan inflasi juga tinggi," katanya. Menurutnya, keadaan tersebut menjadi penyebab ketidakpercayaan investor dan pelaku pasar terhadap ekonomi Indonesia, sehingga menyebabkan IHSG turun lebih dari 15 persen, dan nilai tukar melemah.

Untuk mengatasi hal itu Jumat kemarin, tanggal 23 Agustus 2013, Pemerintah melalui Presiden dan Kementerian terkait mengumumkan paket kebijakan penyelamatan ekonomi, termasuk didalamnya kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter, untuk mengatasi gejolak pelemahan Rupiah yang sempat menembus level Rp11,000 per US Dollar. Jika dilihat dari nama paket kebijakannya, yakni ‘penyelamatan ekonomi’, maka tujuan akhir dari paket kebijakan tersebut tentunya bukan sekedar untuk mencegah Rupiah agar tidak terperosok lagi, atau untuk mengatasi penurunan bursa saham (IHSG) yang terjadi akhir-akhir ini, melainkan menyelamatkan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Sumber :
http://finance.detik.com/read/2013/08/27/132315/2341781/6/apa-penyebab-ihsg-anjlok-hingga-ke-bawah-4000-ini-jawabannya
http://www.tempo.co/read/news/2013/08/27/088507901/3-Faktor-Penyebab-IHSG-Terjun-Bebas
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=298645:rupiah-melemah-tanda-awal-krisis-ekonomi&catid=77:fokuredaksi&Itemid=131

Tidak ada komentar:

Posting Komentar