Krisis ekonomi
yang terjadi saat ini di Indonesia, masih lebih baik di bandingkan krisis yang
terjadi tahun 1998. Itu merupakan salah satu judul wacana di media online baru
– baru ini. Tetapi banyak kalangan terutama investor meyakini bahwa krisis yang
terjadi tahun 2008 akan terulang lagi, bahkan bisa sampai ke titik terburuk
seperti krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 di Indonesia. Walaupun
krisis saat ini tidak sampai separah krisis tahun 2008 dan tahun 1998, tetapi
topik ini masih menjadi perbincangan hangat di berbagai media.
Banyak kalangan
mulai berjaga – jaga jika krisis ekonomi yang terjadi saat ini akan sampai pada
titik terburuknya, salah satunya adalah pelaku pasar modal. Pelaku pasar modal atau biasa yang disebut
investor, meyakini jika mereka tetap mempertahankan saham mereka maka mereka
akan mengalami kerugian yang cukup tinggi. Investor – investor yang menanamkan
modalnya di Indonesia mayoritas adalah investor asing, mereka pun mulai
mengambil tindakan tegas untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah
mereka mulai menjual sahamnya di pasar bursa agar mereka tidak mengalami
kerugian yang berarti.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun melemah, sejak Mei 2013 sampai Agustus 2013 IHSG sudah
mengalami penurunan mencapai 20 persen.
Analis saham PT Aspirasi Indonesia Research Institute
Yanuar Rizky menilai terus melemahnya indeks saham di pasar modal tidak lain
karena spekulasi atas rumor di pasar keuangan. Selain itu, ada 'pemain-pemain'
di pasar modal yang memang sengaja melemahkan IHSG untuk bisa mengerek dolar.
Dia menjelaskan, pelemahan IHSG tidak lagi dikaitkan dengan sentimen
ekonomi global maupun dalam negeri. Menurutnya,
volatilitas di pasar saham memang biasa terjadi. Justru, kata dia, gejolak IHSG
yang terjadi saat ini lebih karena spekulan-spekulan dan pemain-pemain saham
yang ingin mengeruk keuntungan dari pelemahan rupiah dan anjloknya indeks
saham. "Pemain di pasar modal sudah sangat tahu kondisi ekonomi akan
begini. Pemain-pemain kan sengaja membuat kondisi seperti ini untuk cari untung
sebesar-besarnya," jelasnya.
Kondisi perekonomian saat ini disinyalir akibat adanya kebijakan dari bank
sentral Amerika yang melakukan pengetatan terhadap pengeluaran obligasi
besar-besaran atau quantitative easing. Pengetatan tersebut karena ekonomi AS
mulai menunjukkan pemulihan dari krisis yang sempat melanda negeri tersebut
sejak 2008 lalu. Krisis ekonomi yang terjadi pada AS tersebut berdampak buruk
terhadap perekonomian dunia. Pasalnya, AS dinilai menjadi salah satu poros
perekonomian dunia.
Inflasi bulan Juli yang tinggi sekitar 3,2
persen dan inflasi tahunan yang melebihi ekspektasi pemerintah sepanjang tahun
sebesar 8,61 persen. Padahal dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2013,
inflasi tahunan disetujui di angka 7,2 persen. Lalu defisit transaksi berjalan
mencapai 4,4 persen dan defisit neraca perdagangan sebesar US$ 3,3 miliar. Dianggap
pula sebagai penyebab lemahnya IHSG di pasar bursa.
Selain IHSG melemah, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun ikut
melemah. Berbagai faktor pun baik internal maupun eksternal dianggap sebagai
penyebab melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS. Faktor Eksternal diantaranya yaotu pasar khawatir bank sentral
Amerika pada 23 September 2013 memutus langkah pertama kebijakan pemangkasan
stimulus, yang menyebabkan aliran modal masuk ke Amerika dan stock market di
berbagai negara jatuh. Kedua pasar khawatir akan ditutupnya pasar Merrill Lynch
oleh Amerika, yang bisa mendorong stock dan capital market. Ketiga lesunya
bursa regional dan anjloknya sejumlah mata uang regional terhadap dolar AS.
Sementara itu Faktor Internal adalah Sentimen
negatif pasar terhadap pengumuman Bank Indonesia bahwa defisit transaksi
triwulan II meningkat dari US$ 5,8 miliar atau 2,6 persen terhadap produk
domestik bruto (PDB) menjadi US$ 9,8 miliar atau 4,4 persen.
Anggota DPR Arif Budimanta berpendapat, seharusnya dampak negatif kondisi
global terhadap perekonomian bisa dicegah apabila kondisi perekonomian
Indonesia dalam keadaan baik. Menurut dia, kondisi ekonomi Indonesia saat ini
memang tengah sakit. Dia mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia memang tidak
pada fundamentalnya. Dia menjelaskan, utang luar negeri Indonesia yang tinggi
dan akan jatuh tempo mencapai 55,7 persen dari cadangan devisa. "Defisit
neraca pembayaran semakin melebar, dan inflasi juga tinggi," katanya. Menurutnya,
keadaan tersebut menjadi penyebab ketidakpercayaan investor dan pelaku pasar
terhadap ekonomi Indonesia, sehingga menyebabkan IHSG turun lebih dari 15
persen, dan nilai tukar melemah.
Untuk mengatasi hal itu Jumat kemarin, tanggal
23 Agustus 2013, Pemerintah melalui Presiden dan Kementerian terkait
mengumumkan paket kebijakan penyelamatan ekonomi, termasuk didalamnya kebijakan
moneter dari Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter, untuk mengatasi
gejolak pelemahan Rupiah yang sempat menembus level Rp11,000 per US Dollar.
Jika dilihat dari nama paket kebijakannya, yakni ‘penyelamatan ekonomi’, maka
tujuan akhir dari paket kebijakan tersebut tentunya bukan sekedar untuk
mencegah Rupiah agar tidak terperosok lagi, atau untuk mengatasi penurunan
bursa saham (IHSG) yang terjadi akhir-akhir ini, melainkan menyelamatkan perekonomian
Indonesia secara keseluruhan.
Sumber :
http://finance.detik.com/read/2013/08/27/132315/2341781/6/apa-penyebab-ihsg-anjlok-hingga-ke-bawah-4000-ini-jawabannya
http://www.tempo.co/read/news/2013/08/27/088507901/3-Faktor-Penyebab-IHSG-Terjun-Bebas
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=298645:rupiah-melemah-tanda-awal-krisis-ekonomi&catid=77:fokuredaksi&Itemid=131
Tidak ada komentar:
Posting Komentar