Orang yang Berati Bagi Penulis Selain
Orang Tua
Sebelum memulai tulisan pada posting
ini, penulis ingin menjelaskan bahwa posting ini hanya untuk memenuhi tugas
softskill Aspek Hukum dalam Ekonomi mengenai tulisan tentang orang yang berati
bagi penulis selain orang tua. Sebenarnya orang yang benar-benar berati dalam
kehidupan saya (penulis) tidak lain adalah orang tua saya sendiri, karena
mereka sudah melahirkan saya ke dunia ini dan membuat saya mengenal segala
macam bentuk kehidupan di bumi ini baik itu yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan.
Tetapi berhubung tulisan kali ini
membahas orang yang berarti selain orang tua dalam kehidupan saya, oleh sebab
itu saya akan memulai membuat sebuah tulihan tentang mereka. Mereka itu siapa?
Yah, mereka itu adalah sahabat - sahabat baik saya, tapi berhubung saya
memiliki banyak sahabat dan tidak mungkin saya buat tulisan mengenai mereka
semua. Akhirnya penulis (saya) memutuskan untuk menulis salah seorang sahabat
terbaik yang saya miliki.
Dia adalah Jefryanto Harsihin,
sahabat baik saya sejak saya masih duduk di Taman Kanak- kanak (TK). Saya
sendiri lupa bagaimana cara saya bisa berkenalan dengan dia, karena mengingat
sesuatu hal yang lampau merupakan salah satu kekurangan saya. Hhe.. Tapi yang
saya ingat dia adalah teman pertama saya saat saya mulai memasuki pendidikan
formal (Taman Kanak-kanak).
Haya ada beberapa kenangan saja yang
masih saya ingat betul tentang dia, saat kami masih kecil. Mungkin beberapa
kenangan tersebut akan saya ceritakan dalam posting ini. Ada salah satu
kenanganan yang masih saya ingat betul sampai saat ini tentang dia, itu adalah
kami saat masih kecil sering sekali meributkan hal-hal yang saya anggap saat
ini adalah sepele. Tapi mungkin saat itu kami berfikir bahwa itu adalah hal yang
besar, sehingga membuat kami meributkannya. Hha..
Saat itu kami pernah meributkan hal
sepela yaitu, saat hilangnya pensil milik dia saat kami masih SD. Awal
ceritanya, kami yang saat itu duduk bersebelahan mengerjakan tugas menggambar
yang diberikan oleh guru kami. Saat itu saya lupa membawa pensil dan memutuskan
untuk meminjam kedapa dia. Namun saya hanya diberikan sebuah pensil pendek dan
tumpul, saya tidak jadi meminjamnya. Lalu saya meminjam pensil milik teman saya
yang lain, dan dengan pensil itu saya mengerjakan tugas menggambar saya. Saking
asiknya kami lupa bahwa waktu untuk mengerjakan sudah habis, lalu kami
kumpulkan tugas kami dan merapihkan alat tulis yang kami pakai.
Saat itu teman saya ini menagih
kembali pensil yang dia pinjamkan, jelas saja saya langsung menjawab saya tidak
meminjam pensil dia. Ternyata jawaban saya itu membuat ia marah, karena ia lupa
bahwa sebenarnya saya tidak meminjam pensil dia. Lalu karna marah ia, menuduh bahwa pensil
yang saya gunakan tadi adalah pensil miliknya. Tapi sumpah deh pensil dia, sama
pensil yang saya pinjam itu beda banget. Punya dia pendek dan tumpul, tetapi
pensil yang saya pakai itu masih baru, panjang, dan runcip. Tapi tetap saja dia
marah dan mengaku pensil itu punya dia. Lalu karena saya tidak mau ribut dengan
dia, dan saya sendiri lupa minjem pensil itu kepada siapa. Akhirnya saya
berikan pensil itu kepada dia.
Gak lama kemudian, teman saya yang
lain (namanya Sandi kalo gak salah ingat) mengembalikan pensil milik sahabat
saya itu jefry yang pendek dan tumpul. Lalu jefry bingung koq dia punya pensil
tiga, lalu dia keluarkan pensilnya dan bertanya ini pensil siapa? Sambil
mengambil pensil pendek miliknya (rupanya dia lupa kalo dia punya pensil pendek
dan mengakui pensil yang masih baru itu punya dia). Karna gak ada yang menjawab akhirnya jefry
mengambil ketiga pensil itu. Lalu sandi menghampiri saya dan menagih pensil
yang saya pinjam. Karna saya lupa, saya hanya jawab “yang mana? Emang tapi
minjem pensil lo?” Lalu sandi bilang, “ia tadi lo minjem, mana sekarang?”
Yang saya ingat pensil yang saya
pakai tadi sudah saya berikan kepada jefry. Lalu saya ambil kotak pensil dia,
dan menujukkan sebuah pensil kepada sandi sambil berkata, “yang ini bukan?”
lalu sandi ambil pensil itu, ia lihat dengan teliti lalu dia menjawab, “ia,
yang ini”. Mendengar jawaban dari sandi, jefry marah dan berkata,”enak aja ini
pensil gue, tadi sih fandy minjem”. Lalu sandi menjawab dengan sedikit agak
marah,”enak aja, ini pensil gue ini ada namanya.” Jadi kalo diperhatikan dengan
seksama, pensil itu memang ada nama sandinya. Lalu, jefry yang bingung cuma
bilang,”oh, iya”. Saya dan sandi hanya menyoraki dia saja saat dia menjawab
seperti itu.
Jadi kejadian yang sebenarnya, saya
minjem pensil sandi. Karna sandi orangnya baik dan gak enakan, dia meminjamkan
pensil dia yang hanya satu kepada saya. Lalu sandi meminjam pensil kepada
jefry, tetapi semua pensil itu diakui milik jefry. Hha.. Sepele memang tapi
namanya anak kecil pelupa, akhinya meributkan hal itu. Dan setelah itu
sebenarnya masih banyak lagi hal sepele yang kami ributkan tapi tidak mungkin
saya ceritakan semuanya.
Lalu saat saya mulai memasuki Sekolah
Menengah Atas (SMA), nah saat itu lah saya mulai menganggap jefry adalah
sahabat baik saya dan orang yang berati dalam hidup saya. Saat itu adalah hari
pertama di SMA, yah namanya hari pertama pasti ada yang namanya MOS (Masa
Orientasi Sekolah) atau yang lebih dikenal OSPEK. Karena saat saya masih SMA
masuknya siang, dan sudah kebiasaan kalo masuk siang jadi santai banget. Jadi kalo
anak-anak yang lain saat hari pertama datang 30 atau 60 menit sebelum masuk,
saya datang tepat 1 menit sebelum masuk. Dan sebenarnya itu bisa lebih buruk
lagi, kalo tidak karna jefry.
Ada lagi karna jefry juga, saya
mengenal dunia organisasi. Dia orang pertama yang mengajak saya untuk ikut
berorganisasi di sekolah. Lalu karna dia juga membuat saya jadi lebih percaya
diri saat saya mengikuti lomba dan olimpiade untuk mewakili sekolah saya. Yah,
awalnya saya tidak begitu yakin dan percaya diri dengan kemampuan saya untuk
mengikuti lomba seperti itu, tapi berkat dia yang selalu memberi semangat dan
motivasi kepada saya. Akhirnya sayapun mengikuti lomba tersebut. Yah, walaupun
tidak banyak memberikan kontribusi kepada sekolah, teatpi saya sudah cukup bangga
dengan apa yang saya miliki. Lalu ada lagi, saat dimana dia mulai mengikatkan
saya untuk lebih bersabar saat menghadapi atasan dalam organisasi yang sulit
diajak kompromi. Yang jelas banyak deh kebaikan yang dia lakukan kepada saya,
sehingga saya menganggap dia adalah sahabat saya yang berati dalam hidup saya.
Yang namanya sahabat pasti tidak
selalu ada saat bahagia juga, saat itu kami pernah bertengkar akibat salah
paham. Saat itu jefry sedang mengalami masa terburuk dalam hidupnya yaitu ayah
kandungnya meninggal dunia. Saat itu ada banyak sekali perubahan yang dia
lakukan tidak hanya saya bahkan wali kelas, guru, dan teman satu kelas
menyadari perubahan itu. Perubahan itu adalah dia menjadi lebih sensitif dan
mudah marah terutama jika membahas mengenai orang tua (ayah khususnya).
Bahkan kami pernah berselisih akibat
salah paham itu, tetapi karna sifat saya yang tidak ingin menambah musush dan
mengurangi sahabat. Akhirnya saya berbicara empat mata dengan dia. Setelah
berbica empat mata dengan dia, akhirnya perselisihan itu bisa selesai juga.
Lagipula saya sendiri pun merasa tidak enak karna perselisihan itu sudah banyak
diketahui orang dan sudah lama juga itu terjadi. Tetapi karna tidak ada yang
mau mengalah akhirnya jadi makin besar dan mulai diketahui banyak orang, lalu
saya yang memutuskan untuk mengalah mengingat belum genap dua bulan sejak
ayahnya meninggal.
Sebenarnya masih banyak lagi kenagan
saya dengan dia yang membuat saya menganggap dia sebagai sahabat yang paling
berati, tapi cukup segitu aja yang saya tuliskan dalam posting ini. Hhe..
Intinya jefry sebagai sahabat terbaik
saya merubah banyak hidup saya ini, terutama ke arah yang lebih baik. Yah
mungkin itulah sifat dari seorang sahabat yang selalu mengingatkan kawannya dan
selalu ada disisinya saat dia membutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar