MASALAH INFLASI
Nama : Fandy Pratama
NPM : 22211680
Kelas : 1EB19
Fakultas : Ekonomi
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia
UNIVERSITAS
GUNADARMA
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara yang maju adalah Negara yang mempunyai
perekonomian dan stabilitas yang kuat. Stabilitas ekonomi tidak selalu berjalan
dengan mulus, perekonomian suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah
satu indikator utama yang digunakan untuk melihat perkembangan perekonomian
suatu negara adalah tingkat laju inflasi.
Dalam ilmu
ekonomi, inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinue) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Kenaikan
yang bersifat dua atau tiga jenis barang saja tidak dapat dikatakan inflasi
kecuali bila kenaikan tersebut bersifat meluas. Apabila suatu negara mengalami
inflasi yang tinggi maka dikatakan perekonomian negara tersebut sedang atau
tidak baik.
Inflasi
merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat menimbulkan
dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi sering menjadi target
pemerintah. Inflasi yang tinggi begitu penting untuk diperhatikan mengingat
dampaknya bagi perekonomian yang bisa menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan
ekonomi yang lambat dan pengangguran yang senantiasa meningkat. Oleh karena
itu, upaya mengendalikan begitu penting untuk dilakukan.
BAB 2
Definisi
A. Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinue) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Atau juga
dapat dikatakan suatu gejala terus naiknya harga-harga barang dan berbagai faktor
produksi umum, secara terus-menerus dalam periode tertentu. Perlu diingat bahwa
kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Dengan
kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinue.
Inflasi adalah
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus - menerus dan saling pengaruh
-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga.
B. Jenis – Jenis Inflasi
Berdasarkan Parah
Tidaknya Inflasi, inflasi di bedakan menjadi empat macam yaitu: Inflasi Ringan
(Di bawah 10% setahun), Inflasi Sedang (antara 10-30% setahun), Inflasi Berat
(antara 50-100% setahun), Hiper Inflasi (di atas 100% setahun).
Berdasar Sebab musabab
awal dari Inflasi, inflasi dibedakan menjadi dua macam yaitu: Demand Inflation ialah inflasi yang
terjadi karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat dan Cost Inflation ialah inflasi yang
terjadi karena kenaikan biaya produksi.
Berdasar asal dari
inflasi, inflasi dibedakan menjadi dua macam yaitu: Domestic Inflation ialah Inflasi yang berasal dari dalam negeri,
dan Imported Inflation ialah Inflasi
yang berasal dari luar negeri.
C. Faktor yang Menyebabkan Timbulnya
Inflasi
Inflasi dapat
disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (demand pull inflation) dan desakan biaya produksi (cosh pull inflation).
Inflasi tarikan
permintaan (demand pull inflation)
terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi
perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga
meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan
total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi ''full employment''.
Inflasi desakan
biaya (cost push inflation) terjadi
akibat meningkatnya biaya produksi (input)
sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output)
yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2
hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya
kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga
barang-barang.
D. Dampak Dari Inflasi
·
Dampak Postitif Inflasi
Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Orang yang mengandalkan
pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan
dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di
perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Bagi orang yang
meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat
pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada
saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan
mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi
dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada
kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar).
·
Dampak Negatif Inflasi
Pada saat terjadi
inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung,
atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh
juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang
memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang
pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Inflasi juga
menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun.
Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga,
nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
E.
Upaya
Mengatasi Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional
dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah
uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Kebijakan
moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:
·
Politik
diskoto : bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat
dikurangi.Kebijakan diskonto dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga
mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman
guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat. Akibatnya, jumlah kredit
yang dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan berkurang, yang pada akhirnya
mengurangi tekanan inflasi.
·
Politik pasar
terbuka:
bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap
uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat
menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat
dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.Operasi pasar terbuka (open
market operation), biasa disebut dengan kebijakan uang ketat (tight money
policy), dilakukan dengan menjual surat-surat berharga, seperti obligasi
negara, kepada masyarakat dan bank-bank. Akibatnya, jumlah uang beredar di
masyarakat dan pemberian kredit oleh badan-badan kredit (bank) berkurang, yang
pada akhirnya dapat mengurangi tekanan inflasi.
·
Peningkatan
cash ratio: Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh
Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan
dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan menaikan perbandingan antara uang
yang beredar dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan
bank untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan
berkurang. Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang
bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini
berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan
Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Kebijakan
fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
·
Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga
pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak
menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
·
Menaikkan pajak, Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi
jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak. Dan juga
akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh
pada daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan
jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.
3. Kebijakan Non Moneter
Kebijakan non
moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah
maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk
mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument
berikut:
·
Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya. Cara ini
cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi
tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah
membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor
produksi bahan bakar, produksi beras.
·
Menekan tingkat upah, tidak lain merupakan upaya menstabilkan
upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan
yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada
akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan
dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
·
Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan
harga maksimal.
·
Pemerintah melakukan distribusi secara langsung. Dimaksudkan agar
harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam
menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga
yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik
biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka
distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan
pemerintah melalui Bulog atau KUD.
·
Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat
memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya
dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
·
Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan
penentuan ceiling price.
·
Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap
mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan
intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi
lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai
mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan
nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.
F. Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan
harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa
indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi antara lain:
1.
Consumer
Price Index (CPI), Indeks yang
digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli
sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup: CPI=
(Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
2.
Produsen
Price Index dikenal dengan Whosale Price Index,
Index yang lebih menitik beratkan pada perdagangan besar
seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah
jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
3.
GNP
Deflator, GNP deflator ini
merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks
ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP,
sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
G.
LAPORAN INFLASI (Indeks Harga Konsumen)
Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan
Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan
Bulan Tahun
|
Tingkat Inflasi
|
Februari 2012
|
3.56 %
|
Januari 2012
|
3.65 %
|
Desember 2011
|
3.79 %
|
November 2011
|
4.15 %
|
Oktober 2011
|
4.42 %
|
September 2011
|
4.61 %
|
Agustus 2011
|
4.79 %
|
Juli 2011
|
4.61 %
|
Juni 2011
|
5.54 %
|
Mei 2011
|
5.98 %
|
April 2011
|
6.16 %
|
Maret 2011
|
6.65 %
|
Februari 2011
|
6.84 %
|
BAB 3
PEMBAHASAN
Seperti yang sudah di beritakan dan di kabarkan di
banyak media cetak dan surat kabar, pemerintah akan menaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi dalam waktu dekat ini. Harga BBM jenis premium yang
kini mencapai Rp. 4.500 liter, diperkirakan akan naik hingga Rp 6-7 ribu per
liter. Jika hal ini benar terjadi dapat memicu kenaikan sejumlah komoditas.
Ada dua
komoditas pokok yang sangat berpengaruh besar pada hidup ratusan juta penduduk
bangsa ini. Pertama adalah BBM, dan yang kedua yakni beras. BBM berhubungan
dengan bahan bakar yang menggerakkkan berbagai alat transportasi dan alat
produksi masyarakat. Sedangkan beras, merupakan logistik utama atau makanan
pokok bagi mayoritas penduduk di Indonesia. Terganggunya produksi atau naiknya
harga dua komoditas di atas, sangat mengganggu nasib kehidupan masyarakat
kecil. Terutama bagi mereka yang tergolong keluarga miskin.
Efek dari
rencana kenaikan harga BBM ini menyebar ke seluruh sektor kehidupan dan
berdampak sistemik. Lebih lagi, yang paling terkena imbas adalah sektor
ekonomi, sosial dan budaya, baik ekonomi makro maupun ekonomi mikro yang
sektoral. Efek rencana kenaikan BBM terhadap sektor ekonomi makro akan
dirasakan dengan meningkatnya inflasi.
Kenaikan inflasi ini pun pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Peningkatan inflasi akibat kenaikan harga BBM membuat GDP riil Indonesia hanya
mengalami sedikit kenaikan. Penyebabnya adalah karena daya jangkau ekonomi
masyarakat, semakin rendah dan terlihat dari penurunan jumlah konsumsi rumah
tangga.
Dampak lain dari naiknya BBM
adalah terhadap kegiatan transportasi dan angkutan barang. Sektor transportasi
mungkin adalah salah satu sektor yang paling merasakan langsung kenaikan BBM
ini. Mengingat sampai saat ini BBM masih merupakan bahan bakar utama
transportasi Indonesia. Kenaikan harga BBM ini tentunya akan menaikkan biaya
transportasi, khususnya tarif angkutan.
Umumnya, pengguna transportasi
masal dan angkutan sebagian besarnya adalah rakyat kecil. Kenaikan tarif angkutan
ini juga ikut dirasakan oleh para petani, produsen kecil, home industry dan
pedagang pasar tradisional. Pasalnya, akomodasi dan aktivitas perdagangan
mereka sehari-harinya dilakukan dengan menggunakan transportasi masal dan
angkutan barang.
Jika transportasi utama para
petani, produsen, dan pedagang ini naik, maka pilihan yang akan mereka lakukan
adalah menekan biaya produksi atau menaikkan harga jual barang dagangan mereka.
Apabila pilihan menaikan harga jual yang dipilih oleh petani, maka daya beli
masyarakat akan melemah.
Alasan mengapa pemerintah ingin
menaikan harga BBM salah satunya desebabkan karena kekhawatiran APBN akan
jeblok. Hal ini dikarenakan lonjakan konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia yang
cukup murah, masyarakat yang mampu membeli BBM nonsubsidi pun tergiur untuk
membeli BBM bersubsidi karena selisih harga yang sangat jauh. Untuk menekan
lonjakan konsumsi BBM bersubsidi pemerrintah menaikan harga BBM bersubsidi.
Kenaikan BBM pun terkait dengan
campur tangan pihak asing. Buktinya, pengolahan hasil sumber daya alam
Indonesia dikelola oleh perusahaan-perusahaan asing. Seharusnya, pengelolaan
dilaksanakan oleh pemerintah, serta penggunaanya seharusnya untuk memakmurkan
kesejahteraan rakyat. Kenaikan harga BBM dinilai menunjukkan ketidakmampuan
pemerintah dalam mengelola kekayaan alamnya serta berpotensi menimbulkan
inflasi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi inflasi, sebagai efek dari naiknya harga BBM, pemerintah membagikan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun cara ini dianggap tidak efektif, disebakan BLT yang dibagikan oleh pemerintah hanya sebesar Rp 150.000,00 dana tersebut dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin yang sudah kompleks saat ini. Selain itu BLT yang dibagikan oleh pemerintah hanya selama 9 bulan, lalu setelah 9 bulan pemerintah membagikan BLT apa yang harus dilakukan oleh masyarakat miskin. Pastinya masyarakat miskin akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Selain itu, BLT yang dibagikan oleh pemerintah pun belum tentu dirasakan langsung oleh masyarakat miskin. Hal ini disebabkan karena dana BLT ini bisa jadi akan dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab dengan menggelapkan data nama rakyat miskin. Lalu dalam pendistribusian BLT tersebut hanya terpusat disatu titik dimana masyarakat miskin yang akan mendapatkan BLT tersebut harus mengantri mengambil data BLT tersebut.
Hal ini tentu saja hanya merepotkan rakyat miskin yang akan mengambil dana tersebut, mereka harus berjalan cukup jauh, mengantri, dan merasakan panasnya terik matahari demi uang Rp 150.000,00. Ini jelas pemerintah tidak berpihak sedikit pun kepada rakyak miskin.
Dalam Hal ini pemerintah seharusnya lebih berpihak kepada rakyak miskin, dimana di Indonesia ini mayoritas adlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Dan jika harga BBM benar akan terjadi, yang lambat laun akan menimbulkan inflasi. Nantinya akan ada banyak masyarakat Indonesia yang hidup miskin, dan kata kesejahteraan pun akan sangat sulit dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan:
inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinue) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal,
yaitu tarikan permintaan (demand pull
inflation) dan desakan biaya produksi (cosh
pull inflation).
Upaya Mengatasi Inflasi diantaranya, Kebijakan moneter
adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan
cara mengubah jumlah uang yang beredar, seperti: politik diskoto, politik pasar
terbuka, dan peningkatan cash ratio. Lalu Kebijakan Fiskal adalah kebijakan
yang berhubugan dengan finansial pemerintah, seperti mengatur penerimaan dan
pengeluaran pemerintah, dan menaikkan pajak. Serta kebijakan-kebijakan non
moneter.
Suatu kenaikan
harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa
indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi antara lain:
Consumer Price Index (CPI), Produsen
Price Index dikenal dengan Whosale Price Index, dan GNP Deflator.
Referensi:
Kuliah Sosiologi&Politik oleh Pak Yudha Asmara Dwi Aksa, 2012.
wah artikelnya bagus nih sob, bermnfaat bgt, mksih yah ats infonya dan sukses! :)
BalasHapus