Kamis, 02 Januari 2014

Contoh Cerpen



BOOK OF HOPES
Karya : Fandy Pratama
Siang itu sungguh panas, langit begitu cerah dan matahari pun bersinar sangat terik, dedaunan pun ada beberapa bergerak bahkan sampai ada yang bergugur dari dahan, menandakan angin baru saja berhembus untuk memberikan keteduhan bagi orang disekitar sana. Begitu juga yang terjadi di kelas 7-2, suasana kelas begitu tenang tidak seperti biasanya memang karna pada saat itu adalah mata pelajaran Sejarah. Dimana tidak ada satu pun murid yang begitu memperhatikan ceritanya itu, karna suasana kelas yang begitu panas. Ibu Sri ia adalah guru sejarah itu, sempat ia senang karna semua murid tenang saat ia bercerita mengenai Revolusi Uni Soviet yang begitu membosankan bagi sebagian orang.
Kkkrrriiiinnnngg... Tanda berakhirnya Mata pelajaran tersebut, banyak murid yang sangat senang mendengarnya, karna ini mengartikan bahwa tinggal dua mata pelajaran lagi akhirnya mereka bisa pulang. Jika dihitung dua jam pelajaran, dimana satu jam pelajaran selama empat puluh lima menit, berati tinggal satu jam setengah lagi mereka bisa pulang.
“Baik saya akhiri sampai disini, minggu depan kita akan membahas Revolusi Perancis. Jangan lupa baca bukunya sehari sebelumnya.” Ujar Ibu Sri sambil menutup buku sejarah miliknya. “Selamat Siang” tambahnya. “Baik bu, Selamat siang juga bu.” Jawab kami serempak. Lalu Ibu Sri mulai melangkah keluar kelas kami, namun sebelum ia keluar dan melewati pintu ia sempat tersenyum sesaat, seolah ada seseorang yang menunggu di balik pintu tersebut. Lalu tidak lama kemudian Ibu Nelly mulai melangah masuk dan menghampiri meja guru yang berada di tepat disamping jendela.
“Ya elah cepet banget nih guru udah masuk aja.” “Enak banget dong kelas yang sebelumnya bisa selesai lebih cepat.” Itu beberapa suara yang Aldi dengar saat ibu Nelly masuk ke kelas. Iya bu Nelly adalah salah satu guru Bahasa Indonesia kami, ia memang terkenal baik dan disiplin terutama dalam hal waktu. “Selamat Siang.” ucapnya sebagai tanda ia akan memulai pelajaran. “Siang bu.” jawab kami serempak. “Masih semangat kan tinggal dua jam lagi kok.” Ucap Bu Nelly agar kami tetap bersemangat. “Iya bu.” Jawab kami.
Hari itu terasa begitu membosankan bahkan waktu dua jam pelajaran atau sekitar satu jam setengah terasa begitu lama. Mungkin karna suasana saat itu yang begitu panas atau mungkin karna rasa lelah kami karna sudah seharian berada didalam kelas.
“Sekarang saya akan memberi tugas untuk kalian” ucap bu Nelly saat melihat kami sudah tidak bersemangat belajar lagi. “Yah tugas mulu bu.” Ujar salah seorang teman Aldi, Dino. “Tenang aja kok tugasnya gampang, kalian tulis tiga harapan kalian selama satu semester ini di sebuah kertas. Setelah itu kalian tulis nama kalian lalu sertakan juga alasan kalian mengapa mengharapkan itu. Lalu di kumpulkan minggu depan. Gampangkan.” Katanya. “Iya bu.” Jawab kami. “Yasudah ada lagi yang mau ditanyai?” tambah bu Nelly saat itu untuk sesaat kelas diam, bertanda bahwa tidak ada lagi pertanyaan yang akan kami tanyakan. “Yasudah kalau begitu ibu akhiri sampai disini.” “Selamat siang” “Selamat Siang bu.” Jawab kami.
Tidak lama setelah bu Nelly keluar dari kelas kami, bunyi bel berbunyi tanda bahwa sekolah kami hari ini berakhir. Sama seperti anak-anak lainnya Aldi pun sangat senang mendengarnya, karna ia sendiri sudah sangat lelah dan ingin secepatnya pulang ke rumah. Saat ia mulai merapikan barang-barangnya, teman sebangnya Alex mengembalikan buku catatan matematika yang sempat ia pinjam tadi pagi.
“Aldi nih gw balikin buku lo, udah gw catet semuanya, thanks yah” Ujarnya. “Sip, sama-sama” jawab Aldi. “Langsung balik lo, atau main dulu?” “Gak deh, gw langsung balik aja, udah capek gw seharian di sekolah.” “Yodah, oke gw duluan ya. Gw masih ada urusan nih.” Katanya. “oke” jawab Aldi.
Lalu setelah itu aku mulai merapikan semua barang-barangku dan memastikan tidak ada satupun barang yang tertinggal. Setelah itu aku langsung keluar kelas dan menuruni anak tangga dan segera pulang.
***
Sesampai dirumah, Aldi langsung menuju kamarnya. Karna begitu capainya Aldi tidak menghiraukan ibunya yang sedang asik menonton acara televisi. Ibunya yang melihat Aldi dengan wajah yang lemas itu pasti sudah tau bahwa Aldi sedang tidak ingin digangggu dan ingin cepat-cepat sampai berada di kamar untuk istirahat sejenak. Namun ibunya tidak ingin Aldi hanya lewat di depan dia tanpa berbicara sepatah katapun, hanya karna Aldi begitu lelah hari ini, akhirnya ibunya pun memulai percakapan.
“Loh sudah pulang?” tanyanya. “Ia, capek ma, aldi langsung ke kamar yah” jawabku cepat. “Gak mau makan dulu?” ibuku kembali bertanya padaku. Aku tau perutku memang lapar tapi karna hari ini aku merasa lelah, aku lebih memilih beristirahat sejenak, baru aku makan saat makan malam. “Gak ah, ntar aja malem baru makan. Ini capek banget mau tidur dulu sebentar” jawabku. “Ya sudah sana istirahat”. Aku pun langsung menuju kamarku, menaiki tangga karna kamarku berada di lantai dua. Lalu saat aku sampai di dalam aku langsung berbaring di tempat tidur dan mulai memejamkan mataku. Begitu lelahnya hari ini sampai aku sendiri mulai tertidur.
Lalu begitu Aldi tersadar, sudah pukul 17.45 sore. Ia langsung bangun dari tempat tidurnya, karna ia masih lapar ia turun dari kamarnya dan makan malam masih dengan menggunakan seragam sekolahnya. Begitu selesai Aldi mulai membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya. Lalu ia kembali ke kamar, dan mulai mengingat tugas dari ibu Nelly. Lalu ia mulai menggambil sebuah kertas dan bolpoin di tasnya berniat untuk segera mengerjakan tugas itu.
Aldi mulai berfikir mengenai, tiga harapan yang diinginkan selama semester ini. Aldi mulai mengambil bolpoin dan segera memulai tulisannya, tapi masih ada yang ia pikirkan. Harapan apa yang aku inginkan selama semester ini. Lalu ia melirik buku Bahasa Inggris yang berada di meja belajarnya, dan sejenak ia pun mulai memikirkan sesuatu.
Tiga harapan yang aku inginkan selama semester ini adalah, yang pertama mendapat nilai 85 saat mid test untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dua minggu lagi. Aldi menulis itu bukan karna ia takut dengan pelajaran tersebut. Ia menulis itu karna selama ini ia tidak pernah mendapat nilai 85 untuk mata pelajaran tersebut, bukan karna Aldi tidak bisa, tetapi karna selama ini selalu meremehkan pelajaran tersebut sehingga ia tidak pernah mendapat nilai setinggi itu.
Setelah ia menulis itu, ia mulai mengecek jadwal mid test, Ia lihat test pertama adalah Matematika. Lalu ia pun mulai menulis harapan kedua yaitu mendapatkan nilai 80 untuk pelajaran matematika. Sekali lagi bukan tidak beralasan ia menginginkan nilai tersebut, ini karna ada begitu banyak rumus yang ia pelajari, sehingga saat ia melihat soal ujian tersebut ia terkadang panik rumus apa yang ia gunakan untuk mengerjakan soal tersebut.
Lalu harapan yang ketiga adalah ia ingin hasil mid test yang bagus dan mendapat peringkat 10 besar dari hasil mid test tersebut. Aldi pernah mendapat peringkat 10 besar, tetapi karna ia tidak begitu terobsesi dengan nilai dan hasil belajarnya sehingga ia tidak bisa mempertahankan peringkat yang ia miliki. Namun dalam hati keceilnya, ia ingin kembali mempertahankan peringkat yang pernah ia dapat di semester sebelumnya.
“Ahh.. Akhirnya selesai juga tugasnya” Aldi pun mulai mengangkat kedua tangannya dan merengangkannya, lalu ia mulai merapihkan semua bukunya dan meja belajarnya, lalu ia mulai bersiap untuk tidur.
***
Keesokan harinya begitu Aldi terbangun, ia melakukan aktifitas biasanya yang ia lakukan setiap harinya. Bangun tidur, rapihkan tempat tidur, mandi tidak lupa sikat gigi juga, lalu berseragam, dan jika semua sudah selesai ia mulai pergi ke sekolah. Tidak seperti biasanya Aldi tidak pernah mengambil pusing setiap tugas yang diberikan gurunya, kecuali untuk tugas bu Nelly itu. Ia terus memikirnya sepanjang hari, tidak hanya di rumah, di sekolah, bahkan dimanapun dan kapanpun ia memikirkan tulisan yang ia tulis di kertas itu. Jika ia sudah memikirkannya, ia kemudian mulai melihat jadwal midtest yang sudah tertempel di dinding rumahnya itu.
Tanpa ia sadari ia mulai membaca, belajar dan menggulang materi yang sudah ia dapat selama di dalam kelas, sampai akhirnya saat midtest pun datang. Satu minggu lamanya aldi akan mengikuti midtest tersebut, namun tidak seperti biasanya  ia terlihat tenang bahkan paling tenang diantara teman-teman lainnya. Tak banyak teman sekelasnya memperhatikannya, karna mereka hanya sibuk menghafal dan belajar pelajar yang akan di ujiankan pada hari tersebut.
Saat midtest pun Aldi masih sangat tenang, bahkan karna tenangnya ia pun bisa mengerjakan semua soal yang terdapat di soal tersebut. Bahkan ia pun sanggup mengingat semua yang pernah di katakan dan di jelaskan gurunya saat mengajar di kelas. Ia sangat senang bahkan ia pun tidak percaya pada dirinya sendiri bahwa ia bisa mengerjakan soal-soal tersebut.
Sampai akhirnya midtest pun berakhir, seluruh siswa pun mulai terlihat ceria dari yang sebelumnya. Karna ini adalah saatnya bagi mereka untuk menyegarkan otak mereka setelah satu minggu lamanya mereka mengikuti midtest. Beruntung sekolah mengetahui hal tersebut, bahwa murid membutuhkan waktu untuk menyegarkan otak mereka setelah midtest, sebelum akhirnya mereka memulai kegiatan belajar mengajar di kelas lagi, ditambah guru pun butuh waktu untuk menilai hasil ujian para muridnya. Sehingga dirasa libur satu pekan setelah midtest adalah kebijakan yang sangat tepat diambil oleh sekolah.
***
Hari ini begitu dingin, pagi hari rasanya seperti malam hari. Ya memang karna pagi ini udara sangat dingin dan awan terlihat mendung, pertanda bahwa hari ini akan turun hujan. Begitu dinginnya hari ini sehingga aku pun malas untuk masuk sekolah. Hari ini adalah hari pertama setelah menikmati libur selama satu pekan, aku dan teman-temanku mulai kembali ke sekolah dan mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya.
Sepanjang hari ini Aldi hanya termenung dan diam, tidak semangat seperti biasanya. Mungkin karna cuaca yang mendukung untuk bermalas-malasan atau mungkin karna ia sendiri yang malas untuk ke sekolah. Begitu pula yang terjadi dengan teman-temannya, mereka pun seperti ingin melanjutkan liburan mereka.
Lalu bel istirahat pun berbunyi, ada beberapa murid yang keluar menuju kantin untuk makan, ada juga beberapa anak yang tetap tinggal di dalam kelas. Aldi dan temannya Alex keluar kelas menuju kantik untuk makan. Untuk menuju kantin Aldi harus menuruni tangga dan melewati kantor guru, beberapa ruang kelas baru akhirnya bisa sampai di kantin. Saat Aldi menuruni tangga Aldi melihat ada beberapa anak yang berkerumun di depan sebuah papan penggumuman yang berada di depan kantor guru.Penasaran dengan apa yang terjadi, Aldi dan Alex juga melihat pengumuman apa yang ada disana sehingga membuat keramaian di depan kantor guru.
Aldi baru mengetahui ternyata disana terpajang hasil midtest yang sudah ia dan teman-temannya lalui, lalu semua pelajaran tersebut diakumulasikan dan diurutkan berdasarkan jumlah tertinggi. Lalu Aldi melihat hasil nilai kelasnya 7-2, dan begitu kagetnya saat ia melihat peringkat 9 di kelasnya yaitu Aldi Hanggara, Ia masuk 10 besar. Alex yang saat itu berada disana memberikan ucapan selamat kepadanya.
Akhirnya sampai di pelajaran terakhir yaitu Bahasa Indonesia, kami semua sudah sangat senang karna sebentar lagi sekitar satu jam setengah lagi kami akan pulang. Krrriiiinnnggg.. Bel tanda berakhirnya pelajaran Geografi pun berakhir, dan seperti biasanya Ibu Nelly guru Bahasa Indonesia kami sudah menunggu di depan kelas bersiap untuk mengantikan guru Geografi kami Bu Mona. Dan entah mengapan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas kami selalu di jam terakhir.
“Huft.. hari ini sepertinya lelah sekali” guman aldi didalam hatinya. “Selamat siang anak-anak” sapa Bu Nelly. “Siang Bu” jawab kami. “Masih semangat kan, tinggal sebentar lagi kok pulang” tambahnya. “Iya bu” jawab kami.
“Oh, iya kalian masih ingat seelum kalian midtest ibu pernah beri kalian tugas mengenai tiga harapan kalian selama semester ini?” tanya Bu Nelly. “Sekarang ibu bawa tugas kalian, dan sekarang ibu mau kalian maju satu persatu kedepan kelas, lalu ceritakan harapan kalian itu dan apakah harapan itu sudah terwujud atau belum?” ujar bu Nelly sambil mengangkat kertas tugas kami. “Waduh gimana nih, malah gw asal-asalan lagi jawabnya.” “Iya gw juga, malah gw sendiri udah lupa apa yang gw tulis.” Guman teman Aldi yang berada di belakangnya.
“Sekarang siapa yang mau maju duluan atau ibu yang panggil namanya?” tawar Bu Nelly. Sekitar lima menit lamanya tidak ada satupun anak yang mau mengacungkan tangannya, Bu Nelly mulai mengambil daftar hadir kelas tanda bahwa ia akan memanggil salah seorang anak. “Ya sudah, ibu pilih ya dari absen.” “Mampus di, kalo dari absen lo duluan.” Ujar Alex yang berada di sebelahnya. “Iya mampus gw gimana nih.” Jawab Aldi.
“Cynthia masuk?” Bu nelly mulai memanggil salah seorang anak. “Iya saya bu” jawab cynthia. “Oke maju dan ceritakan tugas kamu itu.” Perintah Bu Nelly. Sesaat Aldi merasa tenang karna Bu Nelly memanggil secara acak nama yang akan maju untuk menceritakan tugasnya tersebut. Cynthia mulai berdiri dan menghampiri Bu Nelly, lalu ia mencari tugasnya dan akhirnya bercerita tentang tugasnya itu.
Satu persatu murid pun sudah di panggil oleh Bu Nelly dan sudah menceritakan tugasnya, terrlihat wajah mereka penuh rasa gembira dan lega seolah sesuatu yang mereka takuti sudah berlalu. Namun tidak dengan Aldi, namanya masih belum dipanggil mungkin ia murid terakhir yang akan maju dan bercerita mengenai tugasnya itu.
“Udah semua atau belum?” tanya bu Nelly. “Udah bu udah selesai sebentar lagi bel.” Guman Aldi di dalam hatinya. “Aldi kamu udah belum?” tanya Bu Nelly kepada Aldi. “Belum bu” jawab Aldi datar. “Ya udah ayo maju tinggal kamu doang, terakhir biar kita bisa langsung pulang.” Kata Bu Nelly.
Aldi mulai berdiri dan berjalan ke depan kelas, beberapa anak sudah merapihkan berangnya dan beberapa menatap Aldi saat ia berjalan ke depan kelas. Sambil berjalan Aldi berfikir bagaimana dengan tugasnya ini. Berbeda dengan teman-temanya yang menulis asal-asalan tanpa dipikirkan. Aldi mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh, itu sebabnya saat temannya menceritakan  apa saja yang sudah terwujud mungkin hanya satu atau dua saja yang terwujud atau mungkin tidak ada satupun yang terwujud. Bahkan teman sekelasnya yang mendapat rengking satu, Yuanita hanya dua saja dari harapan itu yang terwujud.
Aldi mulai mengambil tugasnya dan mulai bercerita tentang tugasnya itu. “Tiga Harapan saya inginkan selama satu semester ini adalah” Aldi mulai gugup untuk menceritakan tugasnya itu. Namun walaupun ia gugup ia harus menceritakan tugasnya itu.
Sesaat Aldi merasa lega setelah ia selesai menceritakan tugasnya itu, lalu ia melihat teman-temannya ada beberapa yang diam dan beberapa lagi tersenyum. “Baik Aldi terima kasih, berati semua harapan kamu terwujud yah?” tanya bu Nelly kepada Aldi. “Iya bu” jawab Aldi. “Selamat yah, sekarang kamu boleh duduk.” Kata Bu Nelly.
Lalu Aldi mulai berjalan menuju tempat duduknya, saat ia mulai berjalan Ibu Nelly mengucapkan sesuatu. “Tepuk tangan dulu, yang harapannya terwujud tiga-tiganya cuma Aldi saja.” Lalu murid-murid sekelas memberi tepuk tangan. Saat Aldi duduk di kursi teman baiknya Alex berkata, “Wits selamat bro harapan lo terwujud semua, next apa nih?” candanya. “Iya thanks yah” jawabku.
Setelah Aldi duduk di tempatnya, Bu Nelly mulai berbicara untuk mengevaluasi tugas kami. “Ia tadi ibu sempet yah kecewa sama kelas ini karna banyak yang tidak satupun dari harapannya terwujud, tadi ibu sempet senang dengan Yuanita, Harry, Chynthia, dan Bagus yang dua dari harapannya terwujud. Tapi Ibu tambah senang lagi ternyata ada teman kalian Aldi ketiga harapannya terwujud.”
Lalu ia mulai menambahkan, “Justru itu yang ibu mau, tujuan ibu beri kalian tugas seperti ini agar kalian bisa mewujudkan harapan kalian itu.” “Coba kalian bedakan dengan orang yang menulis harapannya atau cita-citanya di atas kertas dengan orang yang tidak menulisnya di kertas tetapi hanya di pikiranya apa yang terjadi?” Sejenak kelas diam dan bu Nelly mulai memperhatikan muridnya. “Yang mana yang akan terwujud duluan harapannya itu?” tanya Bu Nelly. Lalu Dyah teman sekelas Aldi menjawab, “Yang menulis di kertas bu.”
“Iya betul, siapapun orangnya yang menulis harapan atau cita-citanya di kertas, lalu ia baca kertas itu setiap hari, maka orang itu yang lebih cepat terwujud cita-citanya.” “Karna orang tersebut menulisnya dan membaca cita-citanya tersebut, tanpa ia sadari ia akan mulai berusaha, belajar, dan bahkan berupaya agar cita-cita yang ia baca tadi pagi bisa terwujud.”
“Lebih baik lagi kalo kalian menuliskan juga apa saja usaha kalian atau progres dari cita-cita kalian tersebut di kertas yang sama tadi. Mungkin suatu saat kalian gagal atau progres kalian tidak signifikan, bukan berati kalian menghapus atau menurunkan harapan dan cita-cita kalian tersebut. Jangan berfikir kalian akan menurunkan cita-cita kalian agar kalian lebih mudah mencapainya.”
“Jika suatu hari kalian gagal, kalian tulis apa yang menyebabkan anda gagal saat itu lalu setelah tau penyebab kegagalan kalian, jangan pernah takut mencoba lagi. Jika kalian lebih banyak gagal bukan berarti kalian harus menyerah dan menurunkan cita-cita kalian tersebut, coba dan coba lagi, pelajari juga apa kesalahan kalian saat kalian gagal. Dan jika memang masih gagal juga jangan hanya terpaku kepada satu kegagalan, tetapi move on dengan harapan baru. Itu sebabnya itu beri kalian tugas membuat tiga harapan, dan coba itu dari sekarang.”
Krrriiiinngggg.. Bel tanda berakhirnya sekolah kami hari ini. “Yasudah kalau begitu, ibu akhiri sampai disini dan jangan lupa dengan pesan ibu tadi.” Kata bu Nelly. “Iya bu” jawab kami. “Selamat siang” “Selamat siang, bu”. Lalu anak pun mulai merapihkan berang-barang mereka dan segera pulang, begitu juga Aldi.
Waktu saat itu sudah pukul 19.55 saat Aldi menyelesaikan makan malamnya dan kembali ke kamarnya. Ia kembali teringat dengan ucapan bu Nelly tadi siang saat masih di sekolah lalu tanpa pikir panjang Aldi mulai mengambil sebuah buku kosong, dan ia menamai buku itu “BOOK OF HOPES”. Setelah ia menamai buku itu ia membuka halaman pertama yang masih kosong dan mengambil sebuah bolpoin. Untuk sesaat ia ragu apa yang akan ia tuliskan di halamman pertama buku tersebut, tetapi ia mulai berfikir bahwa begitu banyak yang inginkan dan yang ia ingin lakukan. Sehingga tanpa ragu lagi ia mulai menulis satu persatu harapannya, lalu apa yang ingin ia lakukan agar harapan itu terwujud yang ada di fikirannya sekarang.

-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar