BOOK OF HOPES
Karya
: Fandy Pratama
Siang
itu sungguh panas, langit begitu cerah dan matahari pun bersinar sangat terik,
dedaunan pun ada beberapa bergerak bahkan sampai ada yang bergugur dari dahan,
menandakan angin baru saja berhembus untuk memberikan keteduhan bagi orang
disekitar sana. Begitu juga yang terjadi di kelas 7-2, suasana kelas begitu
tenang tidak seperti biasanya memang karna pada saat itu adalah mata pelajaran
Sejarah. Dimana tidak ada satu pun murid yang begitu memperhatikan ceritanya
itu, karna suasana kelas yang begitu panas. Ibu Sri ia adalah guru sejarah itu,
sempat ia senang karna semua murid tenang saat ia bercerita mengenai Revolusi
Uni Soviet yang begitu membosankan bagi sebagian orang.
Kkkrrriiiinnnngg...
Tanda berakhirnya Mata pelajaran tersebut, banyak murid yang sangat senang
mendengarnya, karna ini mengartikan bahwa tinggal dua mata pelajaran lagi
akhirnya mereka bisa pulang. Jika dihitung dua jam pelajaran, dimana satu jam
pelajaran selama empat puluh lima menit, berati tinggal satu jam setengah lagi
mereka bisa pulang.
“Baik
saya akhiri sampai disini, minggu depan kita akan membahas Revolusi Perancis.
Jangan lupa baca bukunya sehari sebelumnya.” Ujar Ibu Sri sambil menutup buku
sejarah miliknya. “Selamat Siang” tambahnya. “Baik bu, Selamat siang juga bu.”
Jawab kami serempak. Lalu Ibu Sri mulai melangkah keluar kelas kami, namun
sebelum ia keluar dan melewati pintu ia sempat tersenyum sesaat, seolah ada
seseorang yang menunggu di balik pintu tersebut. Lalu tidak lama kemudian Ibu
Nelly mulai melangah masuk dan menghampiri meja guru yang berada di tepat
disamping jendela.
“Ya
elah cepet banget nih guru udah masuk aja.” “Enak banget dong kelas yang
sebelumnya bisa selesai lebih cepat.” Itu beberapa suara yang Aldi dengar saat
ibu Nelly masuk ke kelas. Iya bu Nelly adalah salah satu guru Bahasa Indonesia
kami, ia memang terkenal baik dan disiplin terutama dalam hal waktu. “Selamat
Siang.” ucapnya sebagai tanda ia akan memulai pelajaran. “Siang bu.” jawab kami
serempak. “Masih semangat kan tinggal dua jam lagi kok.” Ucap Bu Nelly agar
kami tetap bersemangat. “Iya bu.” Jawab kami.
Hari
itu terasa begitu membosankan bahkan waktu dua jam pelajaran atau sekitar satu
jam setengah terasa begitu lama. Mungkin karna suasana saat itu yang begitu
panas atau mungkin karna rasa lelah kami karna sudah seharian berada didalam
kelas.
“Sekarang
saya akan memberi tugas untuk kalian” ucap bu Nelly saat melihat kami sudah
tidak bersemangat belajar lagi. “Yah tugas mulu bu.” Ujar salah seorang teman
Aldi, Dino. “Tenang aja kok tugasnya gampang, kalian tulis tiga harapan kalian
selama satu semester ini di sebuah kertas. Setelah itu kalian tulis nama kalian
lalu sertakan juga alasan kalian mengapa mengharapkan itu. Lalu di kumpulkan
minggu depan. Gampangkan.” Katanya. “Iya bu.” Jawab kami. “Yasudah ada lagi
yang mau ditanyai?” tambah bu Nelly saat itu untuk sesaat kelas diam, bertanda
bahwa tidak ada lagi pertanyaan yang akan kami tanyakan. “Yasudah kalau begitu
ibu akhiri sampai disini.” “Selamat siang” “Selamat Siang bu.” Jawab kami.
Tidak
lama setelah bu Nelly keluar dari kelas kami, bunyi bel berbunyi tanda bahwa
sekolah kami hari ini berakhir. Sama seperti anak-anak lainnya Aldi pun sangat
senang mendengarnya, karna ia sendiri sudah sangat lelah dan ingin secepatnya
pulang ke rumah. Saat ia mulai merapikan barang-barangnya, teman sebangnya Alex
mengembalikan buku catatan matematika yang sempat ia pinjam tadi pagi.
“Aldi
nih gw balikin buku lo, udah gw catet semuanya, thanks yah” Ujarnya. “Sip,
sama-sama” jawab Aldi. “Langsung balik lo, atau main dulu?” “Gak deh, gw
langsung balik aja, udah capek gw seharian di sekolah.” “Yodah, oke gw duluan
ya. Gw masih ada urusan nih.” Katanya. “oke” jawab Aldi.
Lalu
setelah itu aku mulai merapikan semua barang-barangku dan memastikan tidak ada
satupun barang yang tertinggal. Setelah itu aku langsung keluar kelas dan
menuruni anak tangga dan segera pulang.
***
Sesampai
dirumah, Aldi langsung menuju kamarnya. Karna begitu capainya Aldi tidak
menghiraukan ibunya yang sedang asik menonton acara televisi. Ibunya yang
melihat Aldi dengan wajah yang lemas itu pasti sudah tau bahwa Aldi sedang
tidak ingin digangggu dan ingin cepat-cepat sampai berada di kamar untuk
istirahat sejenak. Namun ibunya tidak ingin Aldi hanya lewat di depan dia tanpa
berbicara sepatah katapun, hanya karna Aldi begitu lelah hari ini, akhirnya ibunya
pun memulai percakapan.
“Loh
sudah pulang?” tanyanya. “Ia, capek ma, aldi langsung ke kamar yah” jawabku
cepat. “Gak mau makan dulu?” ibuku kembali bertanya padaku. Aku tau perutku
memang lapar tapi karna hari ini aku merasa lelah, aku lebih memilih
beristirahat sejenak, baru aku makan saat makan malam. “Gak ah, ntar aja malem
baru makan. Ini capek banget mau tidur dulu sebentar” jawabku. “Ya sudah sana
istirahat”. Aku pun langsung menuju kamarku, menaiki tangga karna kamarku
berada di lantai dua. Lalu saat aku sampai di dalam aku langsung berbaring di
tempat tidur dan mulai memejamkan mataku. Begitu lelahnya hari ini sampai aku
sendiri mulai tertidur.
Lalu
begitu Aldi tersadar, sudah pukul 17.45 sore. Ia langsung bangun dari tempat
tidurnya, karna ia masih lapar ia turun dari kamarnya dan makan malam masih
dengan menggunakan seragam sekolahnya. Begitu selesai Aldi mulai membersihkan
tubuhnya dan mengganti pakaiannya. Lalu ia kembali ke kamar, dan mulai
mengingat tugas dari ibu Nelly. Lalu ia mulai menggambil sebuah kertas dan
bolpoin di tasnya berniat untuk segera mengerjakan tugas itu.
Aldi
mulai berfikir mengenai, tiga harapan yang diinginkan selama semester ini. Aldi
mulai mengambil bolpoin dan segera memulai tulisannya, tapi masih ada yang ia
pikirkan. Harapan apa yang aku inginkan selama semester ini. Lalu ia melirik
buku Bahasa Inggris yang berada di meja belajarnya, dan sejenak ia pun mulai
memikirkan sesuatu.
Tiga
harapan yang aku inginkan selama semester ini adalah, yang pertama mendapat
nilai 85 saat mid test untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dua minggu lagi.
Aldi menulis itu bukan karna ia takut dengan pelajaran tersebut. Ia menulis itu
karna selama ini ia tidak pernah mendapat nilai 85 untuk mata pelajaran
tersebut, bukan karna Aldi tidak bisa, tetapi karna selama ini selalu
meremehkan pelajaran tersebut sehingga ia tidak pernah mendapat nilai setinggi
itu.
Setelah
ia menulis itu, ia mulai mengecek jadwal mid test, Ia lihat test pertama adalah
Matematika. Lalu ia pun mulai menulis harapan kedua yaitu mendapatkan nilai 80
untuk pelajaran matematika. Sekali lagi bukan tidak beralasan ia menginginkan
nilai tersebut, ini karna ada begitu banyak rumus yang ia pelajari, sehingga
saat ia melihat soal ujian tersebut ia terkadang panik rumus apa yang ia
gunakan untuk mengerjakan soal tersebut.
Lalu
harapan yang ketiga adalah ia ingin hasil mid test yang bagus dan mendapat
peringkat 10 besar dari hasil mid test tersebut. Aldi pernah mendapat peringkat
10 besar, tetapi karna ia tidak begitu terobsesi dengan nilai dan hasil
belajarnya sehingga ia tidak bisa mempertahankan peringkat yang ia miliki. Namun
dalam hati keceilnya, ia ingin kembali mempertahankan peringkat yang pernah ia
dapat di semester sebelumnya.
“Ahh..
Akhirnya selesai juga tugasnya” Aldi pun mulai mengangkat kedua tangannya dan
merengangkannya, lalu ia mulai merapihkan semua bukunya dan meja belajarnya,
lalu ia mulai bersiap untuk tidur.
***
Keesokan
harinya begitu Aldi terbangun, ia melakukan aktifitas biasanya yang ia lakukan
setiap harinya. Bangun tidur, rapihkan tempat tidur, mandi tidak lupa sikat
gigi juga, lalu berseragam, dan jika semua sudah selesai ia mulai pergi ke
sekolah. Tidak seperti biasanya Aldi tidak pernah mengambil pusing setiap tugas
yang diberikan gurunya, kecuali untuk tugas bu Nelly itu. Ia terus memikirnya
sepanjang hari, tidak hanya di rumah, di sekolah, bahkan dimanapun dan kapanpun
ia memikirkan tulisan yang ia tulis di kertas itu. Jika ia sudah memikirkannya,
ia kemudian mulai melihat jadwal midtest yang sudah tertempel di dinding
rumahnya itu.
Tanpa
ia sadari ia mulai membaca, belajar dan menggulang materi yang sudah ia dapat
selama di dalam kelas, sampai akhirnya saat midtest pun datang. Satu minggu
lamanya aldi akan mengikuti midtest tersebut, namun tidak seperti biasanya ia terlihat tenang bahkan paling tenang
diantara teman-teman lainnya. Tak banyak teman sekelasnya memperhatikannya,
karna mereka hanya sibuk menghafal dan belajar pelajar yang akan di ujiankan
pada hari tersebut.
Saat
midtest pun Aldi masih sangat tenang, bahkan karna tenangnya ia pun bisa
mengerjakan semua soal yang terdapat di soal tersebut. Bahkan ia pun sanggup
mengingat semua yang pernah di katakan dan di jelaskan gurunya saat mengajar di
kelas. Ia sangat senang bahkan ia pun tidak percaya pada dirinya sendiri bahwa
ia bisa mengerjakan soal-soal tersebut.
Sampai
akhirnya midtest pun berakhir, seluruh siswa pun mulai terlihat ceria dari yang
sebelumnya. Karna ini adalah saatnya bagi mereka untuk menyegarkan otak mereka
setelah satu minggu lamanya mereka mengikuti midtest. Beruntung sekolah
mengetahui hal tersebut, bahwa murid membutuhkan waktu untuk menyegarkan otak
mereka setelah midtest, sebelum akhirnya mereka memulai kegiatan belajar
mengajar di kelas lagi, ditambah guru pun butuh waktu untuk menilai hasil ujian
para muridnya. Sehingga dirasa libur satu pekan setelah midtest adalah
kebijakan yang sangat tepat diambil oleh sekolah.
***
Hari
ini begitu dingin, pagi hari rasanya seperti malam hari. Ya memang karna pagi
ini udara sangat dingin dan awan terlihat mendung, pertanda bahwa hari ini akan
turun hujan. Begitu dinginnya hari ini sehingga aku pun malas untuk masuk
sekolah. Hari ini adalah hari pertama setelah menikmati libur selama satu
pekan, aku dan teman-temanku mulai kembali ke sekolah dan mengikuti kegiatan
belajar mengajar seperti biasanya.
Sepanjang
hari ini Aldi hanya termenung dan diam, tidak semangat seperti biasanya.
Mungkin karna cuaca yang mendukung untuk bermalas-malasan atau mungkin karna ia
sendiri yang malas untuk ke sekolah. Begitu pula yang terjadi dengan
teman-temannya, mereka pun seperti ingin melanjutkan liburan mereka.
Lalu
bel istirahat pun berbunyi, ada beberapa murid yang keluar menuju kantin untuk
makan, ada juga beberapa anak yang tetap tinggal di dalam kelas. Aldi dan
temannya Alex keluar kelas menuju kantik untuk makan. Untuk menuju kantin Aldi
harus menuruni tangga dan melewati kantor guru, beberapa ruang kelas baru
akhirnya bisa sampai di kantin. Saat Aldi menuruni tangga Aldi melihat ada
beberapa anak yang berkerumun di depan sebuah papan penggumuman yang berada di
depan kantor guru.Penasaran dengan apa yang terjadi, Aldi dan Alex juga melihat
pengumuman apa yang ada disana sehingga membuat keramaian di depan kantor guru.
Aldi
baru mengetahui ternyata disana terpajang hasil midtest yang sudah ia dan
teman-temannya lalui, lalu semua pelajaran tersebut diakumulasikan dan diurutkan
berdasarkan jumlah tertinggi. Lalu Aldi melihat hasil nilai kelasnya 7-2, dan
begitu kagetnya saat ia melihat peringkat 9 di kelasnya yaitu Aldi Hanggara, Ia
masuk 10 besar. Alex yang saat itu berada disana memberikan ucapan selamat
kepadanya.
Akhirnya
sampai di pelajaran terakhir yaitu Bahasa Indonesia, kami semua sudah sangat
senang karna sebentar lagi sekitar satu jam setengah lagi kami akan pulang. Krrriiiinnnggg..
Bel tanda berakhirnya pelajaran Geografi pun berakhir, dan seperti biasanya Ibu
Nelly guru Bahasa Indonesia kami sudah menunggu di depan kelas bersiap untuk
mengantikan guru Geografi kami Bu Mona. Dan entah mengapan pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas kami selalu di jam terakhir.
“Huft..
hari ini sepertinya lelah sekali” guman aldi didalam hatinya. “Selamat siang
anak-anak” sapa Bu Nelly. “Siang Bu” jawab kami. “Masih semangat kan, tinggal
sebentar lagi kok pulang” tambahnya. “Iya bu” jawab kami.
“Oh,
iya kalian masih ingat seelum kalian midtest ibu pernah beri kalian tugas
mengenai tiga harapan kalian selama semester ini?” tanya Bu Nelly. “Sekarang
ibu bawa tugas kalian, dan sekarang ibu mau kalian maju satu persatu kedepan
kelas, lalu ceritakan harapan kalian itu dan apakah harapan itu sudah terwujud
atau belum?” ujar bu Nelly sambil mengangkat kertas tugas kami. “Waduh gimana
nih, malah gw asal-asalan lagi jawabnya.” “Iya gw juga, malah gw sendiri udah
lupa apa yang gw tulis.” Guman teman Aldi yang berada di belakangnya.
“Sekarang
siapa yang mau maju duluan atau ibu yang panggil namanya?” tawar Bu Nelly.
Sekitar lima menit lamanya tidak ada satupun anak yang mau mengacungkan
tangannya, Bu Nelly mulai mengambil daftar hadir kelas tanda bahwa ia akan
memanggil salah seorang anak. “Ya sudah, ibu pilih ya dari absen.” “Mampus di,
kalo dari absen lo duluan.” Ujar Alex yang berada di sebelahnya. “Iya mampus gw
gimana nih.” Jawab Aldi.
“Cynthia
masuk?” Bu nelly mulai memanggil salah seorang anak. “Iya saya bu” jawab
cynthia. “Oke maju dan ceritakan tugas kamu itu.” Perintah Bu Nelly. Sesaat
Aldi merasa tenang karna Bu Nelly memanggil secara acak nama yang akan maju
untuk menceritakan tugasnya tersebut. Cynthia mulai berdiri dan menghampiri Bu
Nelly, lalu ia mencari tugasnya dan akhirnya bercerita tentang tugasnya itu.
Satu
persatu murid pun sudah di panggil oleh Bu Nelly dan sudah menceritakan
tugasnya, terrlihat wajah mereka penuh rasa gembira dan lega seolah sesuatu
yang mereka takuti sudah berlalu. Namun tidak dengan Aldi, namanya masih belum
dipanggil mungkin ia murid terakhir yang akan maju dan bercerita mengenai
tugasnya itu.
“Udah
semua atau belum?” tanya bu Nelly. “Udah bu udah selesai sebentar lagi bel.”
Guman Aldi di dalam hatinya. “Aldi kamu udah belum?” tanya Bu Nelly kepada
Aldi. “Belum bu” jawab Aldi datar. “Ya udah ayo maju tinggal kamu doang,
terakhir biar kita bisa langsung pulang.” Kata Bu Nelly.
Aldi
mulai berdiri dan berjalan ke depan kelas, beberapa anak sudah merapihkan
berangnya dan beberapa menatap Aldi saat ia berjalan ke depan kelas. Sambil
berjalan Aldi berfikir bagaimana dengan tugasnya ini. Berbeda dengan
teman-temanya yang menulis asal-asalan tanpa dipikirkan. Aldi mengerjakan
tugasnya dengan sungguh-sungguh, itu sebabnya saat temannya menceritakan apa saja yang sudah terwujud mungkin hanya
satu atau dua saja yang terwujud atau mungkin tidak ada satupun yang terwujud.
Bahkan teman sekelasnya yang mendapat rengking satu, Yuanita hanya dua saja
dari harapan itu yang terwujud.
Aldi
mulai mengambil tugasnya dan mulai bercerita tentang tugasnya itu. “Tiga
Harapan saya inginkan selama satu semester ini adalah” Aldi mulai gugup untuk
menceritakan tugasnya itu. Namun walaupun ia gugup ia harus menceritakan
tugasnya itu.
Sesaat
Aldi merasa lega setelah ia selesai menceritakan tugasnya itu, lalu ia melihat
teman-temannya ada beberapa yang diam dan beberapa lagi tersenyum. “Baik Aldi
terima kasih, berati semua harapan kamu terwujud yah?” tanya bu Nelly kepada
Aldi. “Iya bu” jawab Aldi. “Selamat yah, sekarang kamu boleh duduk.” Kata Bu
Nelly.
Lalu
Aldi mulai berjalan menuju tempat duduknya, saat ia mulai berjalan Ibu Nelly
mengucapkan sesuatu. “Tepuk tangan dulu, yang harapannya terwujud tiga-tiganya
cuma Aldi saja.” Lalu murid-murid sekelas memberi tepuk tangan. Saat Aldi duduk
di kursi teman baiknya Alex berkata, “Wits selamat bro harapan lo terwujud
semua, next apa nih?” candanya. “Iya thanks yah” jawabku.
Setelah
Aldi duduk di tempatnya, Bu Nelly mulai berbicara untuk mengevaluasi tugas
kami. “Ia tadi ibu sempet yah kecewa sama kelas ini karna banyak yang tidak
satupun dari harapannya terwujud, tadi ibu sempet senang dengan Yuanita, Harry,
Chynthia, dan Bagus yang dua dari harapannya terwujud. Tapi Ibu tambah senang
lagi ternyata ada teman kalian Aldi ketiga harapannya terwujud.”
Lalu
ia mulai menambahkan, “Justru itu yang ibu mau, tujuan ibu beri kalian tugas
seperti ini agar kalian bisa mewujudkan harapan kalian itu.” “Coba kalian
bedakan dengan orang yang menulis harapannya atau cita-citanya di atas kertas
dengan orang yang tidak menulisnya di kertas tetapi hanya di pikiranya apa yang
terjadi?” Sejenak kelas diam dan bu Nelly mulai memperhatikan muridnya. “Yang
mana yang akan terwujud duluan harapannya itu?” tanya Bu Nelly. Lalu Dyah teman
sekelas Aldi menjawab, “Yang menulis di kertas bu.”
“Iya
betul, siapapun orangnya yang menulis harapan atau cita-citanya di kertas, lalu
ia baca kertas itu setiap hari, maka orang itu yang lebih cepat terwujud
cita-citanya.” “Karna orang tersebut menulisnya dan membaca cita-citanya
tersebut, tanpa ia sadari ia akan mulai berusaha, belajar, dan bahkan berupaya
agar cita-cita yang ia baca tadi pagi bisa terwujud.”
“Lebih
baik lagi kalo kalian menuliskan juga apa saja usaha kalian atau progres dari
cita-cita kalian tersebut di kertas yang sama tadi. Mungkin suatu saat kalian
gagal atau progres kalian tidak signifikan, bukan berati kalian menghapus atau
menurunkan harapan dan cita-cita kalian tersebut. Jangan berfikir kalian akan
menurunkan cita-cita kalian agar kalian lebih mudah mencapainya.”
“Jika
suatu hari kalian gagal, kalian tulis apa yang menyebabkan anda gagal saat itu
lalu setelah tau penyebab kegagalan kalian, jangan pernah takut mencoba lagi.
Jika kalian lebih banyak gagal bukan berarti kalian harus menyerah dan
menurunkan cita-cita kalian tersebut, coba dan coba lagi, pelajari juga apa
kesalahan kalian saat kalian gagal. Dan jika memang masih gagal juga jangan
hanya terpaku kepada satu kegagalan, tetapi move on dengan harapan baru. Itu
sebabnya itu beri kalian tugas membuat tiga harapan, dan coba itu dari
sekarang.”
Krrriiiinngggg..
Bel tanda berakhirnya sekolah kami hari ini. “Yasudah kalau begitu, ibu akhiri
sampai disini dan jangan lupa dengan pesan ibu tadi.” Kata bu Nelly. “Iya bu”
jawab kami. “Selamat siang” “Selamat siang, bu”. Lalu anak pun mulai merapihkan
berang-barang mereka dan segera pulang, begitu juga Aldi.
Waktu
saat itu sudah pukul 19.55 saat Aldi menyelesaikan makan malamnya dan kembali
ke kamarnya. Ia kembali teringat dengan ucapan bu Nelly tadi siang saat masih
di sekolah lalu tanpa pikir panjang Aldi mulai mengambil sebuah buku kosong,
dan ia menamai buku itu “BOOK OF HOPES”. Setelah ia menamai buku itu ia membuka
halaman pertama yang masih kosong dan mengambil sebuah bolpoin. Untuk sesaat ia
ragu apa yang akan ia tuliskan di halamman pertama buku tersebut, tetapi ia
mulai berfikir bahwa begitu banyak yang inginkan dan yang ia ingin lakukan.
Sehingga tanpa ragu lagi ia mulai menulis satu persatu harapannya, lalu apa
yang ingin ia lakukan agar harapan itu terwujud yang ada di fikirannya
sekarang.
-THE
END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar