- POLA DEDUKTIF
Nilai
tukar rupiah mengalami penguatan terhadap dollar AS. Menurut data Bank Indonesia (BI)
kurs tengah rupiah pada perdagangan terakhir, Jumat (25/10) berada di posisi Rp
11.142 per dollar AS atau naik sekitar 1,12 persen. Jika di bandingkan dengan pekan lalu rupiah
menguat 2,8 persen dan berada di posisi Rp 11.015 per dollar AS. Namun jika
dilihat dari posisi tertinggi yang pernah dicapai sepanjang tahun 2013, yaitu
pada tanggal 5 September rupiah sempat berada di posisi Rp 11.649 dan
menjadikan Rupiah menguat sekitar 5,44 persen sejak 5 September lalu.
Nilai
tukar dollar AS mengalami pelemahan terhadap mata uang global. Bahkan di Asia, nilai tukar dollar
AS melemah 0,2 persen atas yuan dan 0,1 persen atas peso. Pelemahan ini terjadi karena tersebarnya kabar
mengenai spekulasi The Fed.
Kenaikan
Rupiah tidak mendorong kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sepanjang tahun 2013 saja IHSG turun
sekitar 5,57 persen dan tercatat penjualan bersih investor asing sebesar Rp
11,3 triliun. Tetapi pada perdagangan akhir pekan lalu, IHSG di tutup pada
level 13,99 atau turun sekitar 0,30 persen ke posisi 4.580,85. Pada perdagangan
tersebut, tercatat penjualan bersih investor asing sebesar Rp 133 milyar.
Disaat
program stimulus moneter oleh Bank Sentral Amerika, The Federal Reserve (The
Fed) belum pasti kelanjutannya, banyak investor yang mulai melepas saham-saham
unggulan. Seperti
yang sudah diketahui sebelumnya kabar bahwa The Fed akan mempertahankan
stimulusnya sudah sampai di telingga para investor. Menurut kabar tersebut The
Fed akan kembali memepertahankan stimulusnya setelah pengumuman penurunan
survei Manufacturing Purchasing Managers Index AS dan pengumuman data
ketenagakerjaan yang variatif.
Sumber:
Ben.
“Rupiah Lanjutkan Penguatan IHSG Masih Tunggu Sentimen”. Kompas: 28 Oktober
2013, halaman 17.
Keterangan:
Artikel
ini menggunakan pola penulisan deduktif, dimana gagasan utama dari tiap – tiap
paragraf ada di awal paragraf, dan kalimat yang digaris bawah merupakan gagasan
utama dari paragraf tersebut.
- POLA INDUKTIF
Banyak
Investor Asing beranggapan bahwa, krisis ekonomi yang saat ini melanda
Indonesia akan sampai di titik terburuk seperti yang terjadi pada tahun 1998
dan tahun 2008. Tetapi seiring berjalannya waktu, krisis ekonomi yang melanda
Indonesia sejak Juli lalu kini mulai membaik. Hal ini dibuktikan dengan masih
bertahannya sejumlah investor asing yang tetap setia menanamkan modalnya di
Indonesia. Salah satu sektor yang di minati saat ini oleh investor adalah
industri asuransi. Pasar modal pun optimis, Industri Asuransi akan tumbuh
sebesar 25 persen di tahun 2014.
Dengan
rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6 persen dalam lima tahun
terakhir dan estimasi pertumbuhan hingga 5,6 persen. Lalu ditambah dengan
jumlah penduduk Indonesia saat ini sebesar 250 jiwa membuat Indonesia berada di
peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Dimana sekitar lebih
dari 60 persen penduduk Indonesia adalah kelompok menengah dan kelompok
menengah atas. Menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar yang menggiurkan
bagi industri asuransi.
Asuransi
sendiri merupakan suatu perjanjian dimana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertangung dengan menerima premi untuk memberikan pernggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuantungan yang
mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu. Jadi dengan memiliki
asuransi, kita dapat menghindarkan segala resiko yang mungkin akan terjadi
kepada pihak yang akan menanggung segala resiko tersebut, dalam hal ini yaitu
pihak asuransi. Hal itu lah yang menjadi alasan perlunya kita memiliki
asuransi.
Di
Indonesia sendiri produk yang di tawarkan oleh perusahaan asuransi pun bermacam
– macam. Mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi keselamatan
kerja, dan sebagainya. Namun dari sekian banyaknya produk yang di tawarkan oleh
jasa asuransi, banyak diantaranya berasal dari perusahaan asuransi asing. Di
Indonesia sendiri 50 persen pangsa pasar dikuasai oleh perusahaan asuransi
asing yang ada di Indonesia.
Bursa
Efek Indonesia mulai menghimbau kepada calon emiten dan emiten yang sudah ada
di BEI untuk memperbanyak melepas sahamnya kepada publik, agar peran masyarakat
mulai semakin besar. Pada tahun 2014 nanti diharapkan ada sekitar 30 emiten
baru yang akan melantai di bursa. Bahkan
saat ini saja, sudah ada 20 emiten baru yang akan menawarkan saham
perdananya tahun depan. Ini mencerminkan sifat optimis pasar modal terhadap
industri asuransi sehingga dapat menjanjikan pertumbuhan yang lebih maksimal di
masa mendatang.
Sumber:
Idr
& Ben. “Pasar Modal Optimis Industri Asuransi Tumbuh 25 Persen”. Kompas: 25
Oktober 2013, halaman 18.
Keterangan:
Artikel
ini menggunakan pola penulisan induktif, dimana gagasan utama dari tiap – tiap
paragraf ada di akhir paragraf, dan kalimat yang digaris bawah merupakan
gagasan utama dari paragraf tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar